Minggu, 15 Juli 2012

JURNAL REFLEKTIF SEBAGAI CATATAN GURU PROFESIONAL


JURNAL REFLEKTIF SEBAGAI CATATAN GURU PROFESIONAL
Oleh : Moh. Zamzuri

Setiap tahun pelajaran baru Bapak dan Ibu guru sibuk membuat berbagai kelengkapan administrasi kelas. Salah satu kegiatan yang dibuat adalah membuat Jurnal Kegiatan Pembelajaran.

Suatu ketika penulis bertanya cara membuat Jurnal Kegiatan Pembelajaran kepada Bapak/Ibu guru yang lebih senior, yang sudah berpuluh-puluh tahun menjadi guru. Ketika itu penulis mendapat penjelasan bahwa Jurnal Kegiatan Pembelajaran dibuat dalam bentuk tabel berisi hari/tanggal mata pelajaran/kompetensi dasar, kelas, jam ke, uraian kegiatan, keterangan. Karena tidak puas dengan penjelasan tersebut penulis coba bertanya kepada guru yang lain, ternyata penjelasannya tidak jauh berbeda. Dari jawaban tersebut kemudian penulis lanjutkan dengan bertanya lagi. Apa perbedaan jurnal kegiatan mengajar dengan RPP yang telah dibuat?. Lalu untuk apa melakukan kegiatan yang sama?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya mendapatkan jawaban “dari dulu ya seperti ini.” Kalau begitu Jurnal Kegiatan Pembelajaran yang telah Bapak/Ibu buat selama ini lebih bersifat administratif.

Penulis tak bermaksud menghakimi Bapak/Ibu guru yang selama ini telah bersusah payah membuat Jurnal Kegiatan Pembelajaran. Namun kalau seperti yang penulis jelaskan di atas hanya bersifat administratif saja tanpa memiliki manfaat dan tujuan yang jelas.

Kemampuan merefleksikan pelaksanaan sebuah kegiatan pembelajaran oleh guru merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikembangkan. Kegiatan merefleksi diri, perenungan, dan menganalisis apa saja yang telah dilakukan serta pengaruhnya akan dapat menemukan kelebihan dan kelemahan sebuah kegiatan pembelajaran. Selanjutnya hal tersebut akan berkontribusi pada pembaharuan hal-hal yang sudah baik, tidak mengulangi kesalahan yang sama, dan mencari jalan keluar untuk memecahkan kelemahan yang ditemukan dan masalah yang dihadapi.

Perlu disadari bahwa ada manfaat besar yang dapat diperoleh ketika guru mampu membuat Jurnal Kegiatan Pembelajaran yang reflektif sehingga memiliki daya guna dan manfaat dalam meningkatkan dan perbaikan pembelajaran. Jurnal Kegiatan Pembelajaran tersebut bisa dibuat lebih inspiratif dengan cara menuliskan refleksi guru pada kolom catatan. Catatan yang reflektif akan menjadi pembimbing guru untuk bisa mengajar lebih baik dan tidak mengulang kesalahan yang sama.

Salah satu sarana yang dapat membantu melakukan refleksi adalah Jurnal Reflektif. Jurnal Reflektif merupakan kumpulan catatan perenungan dan analisis tentang proses kegiatan pembelajaran serta rencana tindak lanjut untuk hal-hal yang ditemukan dalam perenungan tersebut. Catatan reflektif yang telah ditulis Bapak/Ibu guru dapat disandingkan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sehingga memiliki manfaat kepada Bapak/Ibu guru ketika akan menyusun Penelitian Tindakan Kelas.

Contoh catatan refleksi:
Hari ini sy terapkan Jigsaw. Bagus, anak2  lumayan aktif. Tapi, beberapa yg lain kurang sekali partisipasinya dalam diskusi kelompok ahli.. Kalau diam saja kan mrk bisa ketinggalan. Stlh sy dekati ternyt mrk tdk paham bahwa nanti mrk hrs menerangkan pd klmpk asalnya sendiri-sendiri dan itu dinilai. Begitu tahu itu mrk kaget lalu mau ikut brdsksi dan membaca bab yang didiskusikan. Jadi yg pasip itu krn tdk mengira akan hrs menerangkan pd temannya nanti. Kenapa mrk tidak paham perintah sy untk kegiatan jigsaw? Memang agak rumit, tapi sy merasa ckp jelas menerangkan alur kerja jigsaw. Apa karena perintah sy sampaikan secara lisan saja? Mungkin. Oke, lain kali coba Penulis bikin saja poster atau carta alur kerja jigsaw yang bisa Penulis pakai ber ulang kali kalau Penulis menerapkan jigsaw. Akan sy lihat apakah itu bisa membuat tiap anak aktif. Selain itu spertinya kalau dlm diskusi klmpk anak2 hrs diberi beban pribadi. Kalau tdk enak2 an saja mrk seperti tadi. Jadi dlm diskusi klmpok tetap hrs ada tgs pribadi. Itu berarti sy hrs ttp merancang tgs individu untuk tiap kegiatan klmpk.

Penulisan Jurnal reflektif yang dilakukan secara teratur akan meningkatkan mutu proses kegiatan pembelajaran dan dapat menjadi sumber inspirasi untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas bagi Bapak/Ibu guru.

Contoh Tabel Jurnal Reflektif
No.
Hari/

Tanggal
Mata Pelajaran
Catatan
(Kelebihan/Kekurangan)
Tindak Lanjut
 Kompetensi Dasar





















Ada pepatah “Anda tidak tahu apa yang Anda ketahui sampai Anda menuliskannya”, yuk menulis! semoga bermanfaat.
Salam KKG Bojonegoro


Selasa, 26 Juni 2012

Dongeng Putri Mawar


PUTRI MAWAR
Ditulis Oleh: Moh. Zamzuri

Pagi itu matahari tampak berseri, sinarnya kuning kemerah-merahan. Embun pagi mulai meninggalkan pucuk-pucuk dedaunan. Nyanyian burung-burung terdengar indah sekali. Gemericik air dari mata air sendang di pinggiran hutan mayang melengkapi keindahan pagi. Hutan asri penuh dengan tumbuhan yang hidup berdampingan, berderet tumbuh semak belukar dengan daun-daun warna warni bagai lukisan. 
Di antara mata air itu hiduplah beberapa keluarga bunga mawar bernama Rus. Batang tubuhnya berwarna hijau dengan beberapa duri tumbuh menjadikan ia sebagai bunga yang anggun. Sesekali Rus tersenyum “hem….hem..hem” sesaat ketika daun-daunya yang hijau rimbun diterpa semilirnya angin di pagi hari “wus….wus…..wus….” Batang tubuhnya yang bergoyang-goyang seakan menari-nari meliuk-liukkan gaun hijau yang tumbuh bersama daunnya. Rus benar-benar bagai putri yang cantik jelita.
Tiap kali udara berhembus Rus berteriak kegirangan “la…la….la….la…, la…la….la…., la….la…la….” ranting-ranting disampingnya pun turut merasakan kegirangan yang dirasakan Rus hingga berayun-ayun membentuk melodi yang indah.
Selain keluarga Rus ada juga keluarga melati putih dan sepatu merah. Kedua keluarga ini tampak sederhana. Keluarga bunga melati hanya memiliki mahkota sederhana berwarna putih namun aromanya harum mewangi. Walau ia tampak pemalu, melati putih selalu menyempatkan menyapa bunga sepatu merah sambil tersenyum.
Suatu hari di akhir bulan Mei, datanglah Putri raja ke pinggiran hutan. Putri tak menyangka di pinggiran hutan ada bunga-bunga yang indah dan menawan. “oh, indahnya bunga-bunga ini, aku ingin memetiknya” “tapi…” sambil mengernyitkan dahinya yang berwarna putih itu. Putri mengurungkan niatnya untuk memetik mawar itu. Biarlah..biarlah suatu saat nanti bunga mawar ini akan tumbuh dan berkembang menjadi taman yang indah dan aku akan merawatnya.
Dengan sedikit rasa cemas Rus merasakan kegembiraan karena tidak jadi dipetik oleh sang putri. Hari-hari selanjutnya Rus lalui dengan penuh kegirangan, menari dan menyanyi….”la….la….la….la…..,la….la…..la….,”.
Hingga suatu ketika, “haem….haem…haem…..”  sedikit demi sedikit gaun hijau daun yang indah bunga mawar Rus pun mulai berlubang. Sambil memandangi keluarga ulat-ulat itu, mawar membiarkan daunya dimakan. Pak ulat dan anak-anaknya yang kecil-kecil memang lagi merasakan lapar. Jadi dengan terpaksa ulat-ulat ini memakan daun-daun bunga mawar. “Maafkan kami ya bunga mawar Rus!” “Anak-anak kami memang sedang lapar, jadi ijinkan kami memakan daunmu, ya!”
Esoknya anginpun berhembus setelah kabut tipis menghilang dari pucuk-pucuk daun bunga mawar. Pagi itu tampak sepi. Tak ada yang menari. Tak terdengar suara nyanyian mawar yang biasanya merdu ditambah melodi bunyi ranting-ranting yang bergesekan.
Dengan pelan Melati mencoba mendekati Rus dan menyapanya. “Hai….hai” tak ada jawaban dari mulut Rus. Bahkan Rus menundukkan kepalanya yang dipenuhi mahkota berwarna merah itu. Tak lama kemudian terdengar sesenggukan. Rupanya bunga Rus menangis. “hik..hik…hik….tak adil, semua ini tak adil bagiku.”  Melati mencoba mendekati tetapi “hik….hik….hik….hik….” Rus menangis semakin menjadi-jadi.
“Rus kalau ada masalah ceritakanlah padaku?” Tanya bunga melati. Tak ada masalah yang tidak dapat diselasaikan, kan? Melati bertanya lagi. “Lihatlah gaunku!” pinta Rus. “Daun-daun yang dulu ku banggakan sekarang tak terlihat lagi keindahannya. Dipenuhi lubang-lubang yang tak beraturan.”
“Rus, bukankah kita hidup ini harus saling berbagi, saling memberi.” “Coba bayangkan jika ulat-ulat itu tak kau beri makanan.” “Bukankah ulat-ulat itu akan mati kelaparan.” “Lagi pula daun-daunmu kan dapat tumbuh lagi.” “Menarilah!… menyanyi!..menar!i…menyanyi!..” “kau akan merasakan betapa indahnya memberi.”
Menarilah bersamaku, Rus! permintaan melati.”ye…ye….ye…” teruslah menari! Teruslah bernyanyi…”tralala…la…..”
“La..la…la….” sahut Mawar Rus. “la…la..la…” hingga tak terasa bunga Mawar Rus seharian, semingguan, dan tak pernah berhenti menari hingga tak terasa gaun-gaun hijau yang di banggakan telah lengkap kembali bahkan lebih indah lagi karena banyak yang berwarna hijau muda.
Tak disangka tak kala bunga mawar Rus menangis dan bercerita pada Melati Pak ulat dan anak-anaknya mendengarkan semuanya. Merekapun ikut menangis dan menyesali perbuatannya.
Kemudian suatu hari pak ulat dan anak-anaknya puasa tak makan daun berhari-harinya hingga tubuhnya lemah sekali. Selama berpuasa itu Pak ulat dan anak-anaknya bertekad membalas sebisa mungkin untuk menyenangkan keluarga Mawar Rus.
Hingga suatu ketika Pak ulat berdo’a kepada Tuhan, agar dapat membalas kebaikan bunga Mawar Rus. Tak lama kemudian tubuh-tubuh ulat ini berubah menjadi kempompong hingga beberapa hari dan berubah menjadi kupu-kupu yang lebih indah dari ulat sebelumnya.
Sebagaimana janji ulat sebelumnya mereka akan membalas kebaikan yang pernah diberikan bunga mawar Rus, dengan membantu penyerbukan dan menebarkan benih-benih bunga mawar.
“Siapakah kau?” Tanya bunga mawar Rus. “Aku adalah ulat-ulat yang dulu memakan daunmu hingga kau menangis setiap hari.” Jawab Pak ulat dan keluarganya.” “Lalu, apa maksud kedatanganmu kemari? Tanya bunga Mawar. “ aku akan membalas kebaikan yang pernah kau berikan pada kami” “apa yang dapat kamu lakukan untukku dan keluargaku” Tanya Mawar. “Aku akan membantu kamu beserta keluargamu.” Jawab Pak Ulat yang telah berubah menjadi kupu-kupu yang indah. Setiap sari-sari bungamu bermekaran aku akan menyerbukkannya hingga kau akan mendapatkan keluarga yang lebih banyak lagi.   
Hari berganti hari keluarga Rus tampak tersenyum gembira melihat keluarganya semakin hari semakin banyak. Hingga jadilah taman bunga Mawar Rus yang indah. Hingga terkenal dan terdengar oleh putri. Bahwa ada taman bunga mawar di hutan.
Tak lama kemudian putri beserta pangeran mengunjungi taman bunga Mawar Rus itu. “Wah, indah sekali!” putri jantungnya berdecak kagum. “bukankah dulu ini mawar-mawar yang tak jadi ku petik.” Putri menceritakan kisanya dulu pada pangeran.
Hingga akhirnya pangeran memberikan hadiah pada putri sebuah kerajaan kecil yang dipenuhi dengan taman bunga mawar merah.

Sabtu, 31 Maret 2012

Kalau Bukan Kita Sendiri Siapa?

Sore itu duduk diantara peserta yang sebagian besar adalah Mbah Guru aku menyebutnya karena dari sekian ratus peserta mereka paham betul dengan Bahasa Jawa, ada salah satu peserta tepat duduk di depan kursiku seseorang yang berkulit putih kemerah-merahan, hidung mancung, tinggi di atas rata-rata orang Indonesia. Dari jauhpun ketahuan kalau Ia bukanlah orang Indonesia apa lagi Jawa. Awalnya aku merasakan suatu kebanggaan wah ternyata pesertanya ada yang berasal dari luar negeri. Sebagai orang Jawa tulen perasaan seperti itu tentu bukan sesuatu yang aneh. Bahkan siapapan orangnya kalau ada yang memberikan apresiasi terhadap kekayaan budaya tentu merasakan kebanggaan tersendiri. Hari ini memang istimewa para Mbah Guru datang dari berbagai kota. Bahkan ada juga yang dari mancanegara. Pikirku ingin menyapanya dengan bahasa mancanegara tapi ini kan acaranya Konggres Sastra Jawa. Tentu bukan suatu kepatutan jika siapapun yang ada dalam acara itu berdialog menggunakan bahasa selain bahasa Jawa. 
Tak terasa acara sudah berlangsung sampai tengah malam. Malam ini memang istimewa banyak sekali di pentaskan berbagai jenis Sastra Jawa. Masih dalam pikiranku bertanya-tanya. Orang mancanegara saja yang jauh dari sana datang hanya untuk mengikuti Konggres Sastra Jawa. Bukan maksudku mengecilkan Sastra Jawaku sendiri. Tapi itu kebiasaanku yang tak patut dijadikan ukuran. Biasanya kalau tidak menyangkut dengan sesuatu yang sangat penting atau bahkan wajib aku kan bermalas-malasan untuk hadir dalam kegiatan-kegiatan. 
Sampai batas pikirku berhenti berdialog seakan aku dapat menyimpulkan. He..e..e dialog sendiri itu kan monolog. Berarti monolog dalam berpikir. Kalau orang mancanegara saja memberikan apresiasi terhadap budaya Jawa. Tentu saya atau bahkan semua orang yang mengaku Jawa Tulen akan berdosa jika tak mencintai budaya sendiri. Kalau bukan kita sendiri siapa?

Penulis, 
Moh. Zamzuri

Cinta Pertama

Detak....yang labil menggema karena sesuatu yang tak sempurna "inikah cinta pertama" rasanya pengin ini...pengin itu...kurang begini..kurang begitu....

Hari ini yang kurasakan mungkin gak sama persis dengan apa yang pernah atau dirasakan kebanyakan orang. Detak yang gak berirama ini menghiasi jemari ku saat awal menulis dalam blog ini. Akankah dapat tanggapan positif ataukah karena banyak yang kurang ini kurang itu menjadikan apa yang kutuliskan ini tak sempurna. Tapi aku berharap ke depan jemariku akan terbiasa dengan apa yang kupikirkan dan kurasakan sebagai wahana berkomunikasi dengan banyak orang dimanapun berada.

Salam kenal,

Bias-Inspirasi